Setelah empat hari tiga malam di dalam kapal barang akhirnya Ridwan samapai di Tanjung Perak, Surabaya. Dan langsung menyabrang ke Madura, setelah sampai di pelabuhan Kamal, Madura. Ridwan langsung mengowes sepedanya selama seharian dan istirahat di Kecamatan Pamekasan selama dua malam. Setelah itu bertemu dengan Aming warga yang aktif di Pramuka di Kantor Kecamatan Pamekasan.
Sudah cukup istirahat akhirnya melanjutkan perjalanan ke Sumenep dan singgah di warung kopi untuk melepas lelah, ternyata Ridwan melihat “besi aneh”, dan terheran-heran. Ternyata “besi aneh” itu lintasan kereta api. Ridwan pun penasaran dengan kerteta api.
Dan langsung melanjutkan perjalanan, kembali lagi ke Surabaya, sesampainya di Tanah Merah Ridwan di sambut oleh Aming (yang bertemu di Pamekasan) dan Anak Gerakan Pramuka. Dan menginap selama tiga malam, lalu di kamal satu malam di Keluarga Orang Sulawesi dan kembali ke Surabaya.
Sesampainya di Surabaya Ridwan langsung keliling kota Surabaya dan melanjutkan ke Sidoarjo karena Ridwan ingin malihat kereta api, akhirnya dia menginap di stasiun kereta api Sidoarjo semalaman. Keesokannya melanjukan perjalanan ke Pasuruan lalu Ke Probolinggo.
Setelah sampai di Probolinggo, Ridwan berhenti menggowes sepedanya karena ingin melaksanakan shalat jum’at. Setelah selesai shalat jum’at ternyata barang-barang yang ada di sepedanya hilang di ambil oleh maling. Berupa tape kesangannya dan kartu ATM yang ada di dalam tas. Dan Ridwan pun bergegas ke Bank BNI untuk memblokir kartu ATMnya yang di curi.
Karena jalan menuju ke Banyuwangi banyak bis dan truk gandengan terpaksa Ridwan ke jalan kampung dan kadang sepedanya di dorong. Antara Probolinggo dan Banyuwangi menempuh waktu selama tiga minggu karena melewati jalan kampung dan selama itu juga Ridwan menginap di rumah Kepala Desa yang di lewatinya.
Setelah sampai di Banyuwangi, Ridwan langsung ke Kapolres Banyuwangi untuk meminta surat dan stempel. Dan langsung menuju ke pelabuhan Ketapang, Banyuwangi untuk menyebrang ke Pulau Bali.
Rabu, 15 Juli 2009
..:: Ternate dan Ambon ::..
Setelah menempuh jarak kurang lebih 3000 Kilometer, akhirnya Ridwan sampai di pelabuhan Bitung Sulut untuk menyebrang ke Ternate dengan menggunakan kapal ferry. Selama 13 jam waktu yang perlukan untuk menyebrang dan tidak di sia-siakan oleh Ridwan untuk beristirahat.
Setelah tiba di pelabuhan Ternate, Ridwan di arahkan oleh polisi pelabuhan ke KSS (Keluarga Sulawesi Selatan), untuk istirahat dan keliling kota Ternate. Seminggu sudah berlalu, akhirnya Ridwan ke Kantor Gubernur Malut untuk meminta rekomendasi perjalanan dan stempel. Walaupun tidak bertemu dengan Bapak Gubernur Malut namun ada Staffnya yang membantu Ridwan.
Ke esokannya, Ridwan langsung berangkat ke pelabuhan Ternate untuk menyebrang ke Halmahera. Tapi menurut polisi pelabuhan sulit kapal yang ke Halmahera. Akhirnya Ridwan menyebrang ke Ambon.
Setelah satu hari, satu malam akhirnya Ridwan sampai di pelabuhan Ambon dengan menggunakan Pelni KM. Lambelu. Karena sudah pukul 18.00 WIT dan demam akhirnya Ridwan langsung menuju Kapolsek Tanah Merah, Ambon untuk menginap. Disana tidak ada tempat untuk beristirahat terpaksa Ridwan tidur di dalam sel tahanan. Keesokan harinya tepat pukul 8.00 dan bertepatan dengan apel pagi, Bapak Saleh Jalil (Kapolsek) menemui Ridwan. Setelah apel pagi, akhirnya Ridwan di ajak kerumah dinas Bapak Saleh Jalil (Kapolsek) dan ke Puskesmas untuk berobat. Setelah tiga hari dan Ridwan pun sembuh akhirnya bisa keliling kota Ambon sambil menunggu jadwal Gubernur Ambon.
Setelah dua minggu menunggu, Ridwan akhirnya bertemu dengan SEKDA Provinsi untuk meminta surat dan stempel. Dan Ridwan pun menunggu lagi jadwal kapal ke Jayapura selama dua minggu lagi. Karena sudah lama menunggu ternyata kapal yang ke Jayapura tidak ada. Akhirnya Ridwan merubah rute perjalanan dan menyebrang dengan menggunakan kapal barang Inti Sejati karena tidak ada kapal Pelni dengan tujuan ke Surabaya.
Setelah tiba di pelabuhan Ternate, Ridwan di arahkan oleh polisi pelabuhan ke KSS (Keluarga Sulawesi Selatan), untuk istirahat dan keliling kota Ternate. Seminggu sudah berlalu, akhirnya Ridwan ke Kantor Gubernur Malut untuk meminta rekomendasi perjalanan dan stempel. Walaupun tidak bertemu dengan Bapak Gubernur Malut namun ada Staffnya yang membantu Ridwan.
Ke esokannya, Ridwan langsung berangkat ke pelabuhan Ternate untuk menyebrang ke Halmahera. Tapi menurut polisi pelabuhan sulit kapal yang ke Halmahera. Akhirnya Ridwan menyebrang ke Ambon.
Setelah satu hari, satu malam akhirnya Ridwan sampai di pelabuhan Ambon dengan menggunakan Pelni KM. Lambelu. Karena sudah pukul 18.00 WIT dan demam akhirnya Ridwan langsung menuju Kapolsek Tanah Merah, Ambon untuk menginap. Disana tidak ada tempat untuk beristirahat terpaksa Ridwan tidur di dalam sel tahanan. Keesokan harinya tepat pukul 8.00 dan bertepatan dengan apel pagi, Bapak Saleh Jalil (Kapolsek) menemui Ridwan. Setelah apel pagi, akhirnya Ridwan di ajak kerumah dinas Bapak Saleh Jalil (Kapolsek) dan ke Puskesmas untuk berobat. Setelah tiga hari dan Ridwan pun sembuh akhirnya bisa keliling kota Ambon sambil menunggu jadwal Gubernur Ambon.
Setelah dua minggu menunggu, Ridwan akhirnya bertemu dengan SEKDA Provinsi untuk meminta surat dan stempel. Dan Ridwan pun menunggu lagi jadwal kapal ke Jayapura selama dua minggu lagi. Karena sudah lama menunggu ternyata kapal yang ke Jayapura tidak ada. Akhirnya Ridwan merubah rute perjalanan dan menyebrang dengan menggunakan kapal barang Inti Sejati karena tidak ada kapal Pelni dengan tujuan ke Surabaya.
..:: Awal Perjalanan ::..
Hanya Berbekal uang Rp. 2.000, baju 4 lembar, celana panjang 2 potong, jaket 2 lembar, sandal, dan sepatu, pres ban manual. Ridwan, seorang pria asal Polewali, meninggalkan rumah orang tuanya untuk memulai touring panjangnya mengelilingi nusantara. Ia mengendarai sebuah sepeda kumbang, miliknya, sejak 21 november 2004.
Keinginan ridwan ini telah tumbuh sejak tahun 1999, Obsesinya ingin cari pengalaman. “tidak ada yang suruh, saya mau sendiri cari pengalaman. Tadi hanya bawa uang Rp. 2.000 dari rumah,” ungkapnya.
Ridwan memulai perjalanan awal dengan tujuan kota Mamasa, dua hari satu malam dan menginap di kantor polisi. Kembali lagi ke Polewali lalu menuju ke Makassar meliputi Jeneponto, Bulukumba, Selayar, Bone, Sinjai, Sengkang, Sidrap, Enrekang, Tator, Palopo. Lamanya perjalanan satu bulan.
Kendari, Sulawesi tenggara, Ridwan lelaki berumur 28 tahun ini sempat mampir ke kantor redaksi Kendari pos. Ia menceritakan perjalanan selama mengelilingi pulau sulawesi ini dengan penuh suka. Ridwan mengaku meminta makan pada orang-orang yang disinggahinya. Dengan modal sebuah surat jalan dari lurah tempat tingalnya, Ridwan mendapat simpati dari masyarakat. Sehingga banyak yang mendukung kegiatannya dengan memberi makanan atau uang. Dengan hasil pemberian uang dari masyarakat akhirnya Ridwan dapat membeli Handphone tipe 3315 seharga 400 ribu, untuk komunikasi dengan keluarganya.
Setelah tiga bulan perjalanan sampai di Palu, Sulawesi Tengah. Ridwan sempat mampir di kantor Radar Sulteng menceritakan pengalamannya selama diperjalanan. Lalu melanjutkan perjalanan ke Bolamangondong, disana susah untuk mencari tempat istirahat karena masyarakat tidak ada yang mau menerima karena takut, sampai pukul 4 pagi dan akhirnya menginap di kantor polisi.
Setelah sampai di Gorontalo dan melanjutkan perjalanannya lagi. Sudah 4,5 bulan lamanya lelaki yang bernama Ridwan mengelilingi Sulawesi. Dengan mengandalkan sepeda yang diracik khusus.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Musafir asli Tanah Toraja itu mampir ke markasnya Torang pe Koran, Manado Post di Jalan Babe Palar no. 54 Rike Manado. Penampilannya agak urakan, Kulitnya pun agak hitam , karena berbulan-bulan Ridwan dengan sepeda Kumbangnya, tanpa memperdulikan panas terik matahari yang membakar tubuhnya, terus melakukan perjalanan hingga akhirnya tiba di Manado, kota di ujung Utara Pulau Sulawesi ini.
“Kadang kali juga biar hujan saya tidak berteduh, tetapi terus memedal sepeda saya ini,” ungkap Ridwan kepada wartawan Koran itu. Dan di manado mengalami kendala pertama kalinya yaitu kampas rem habis, setelah diperbaiki lalu melanjutkan perjalanan menuju Ternate dengan menggunakan kapal Ferry. Ridwan, mengerti hukum dan peraturan yang ada, dimana setiap kakinya akan melangkah dari satu daerah ke daerah lain, ia selalu mengurus rekomendasi perjalanan dari daerah setempat.
Setelah melewati enam provinsi akhirnya Ridwan memantapkan tekadnya lagi untuk keliling Indonesia, walaupun sempat ragu di awal perjalanannya. Semua itu atas dukungan dari masyarakat dan pemerintahan di setiap daerah yang di singgahinya.
Keinginan ridwan ini telah tumbuh sejak tahun 1999, Obsesinya ingin cari pengalaman. “tidak ada yang suruh, saya mau sendiri cari pengalaman. Tadi hanya bawa uang Rp. 2.000 dari rumah,” ungkapnya.
Ridwan memulai perjalanan awal dengan tujuan kota Mamasa, dua hari satu malam dan menginap di kantor polisi. Kembali lagi ke Polewali lalu menuju ke Makassar meliputi Jeneponto, Bulukumba, Selayar, Bone, Sinjai, Sengkang, Sidrap, Enrekang, Tator, Palopo. Lamanya perjalanan satu bulan.
Kendari, Sulawesi tenggara, Ridwan lelaki berumur 28 tahun ini sempat mampir ke kantor redaksi Kendari pos. Ia menceritakan perjalanan selama mengelilingi pulau sulawesi ini dengan penuh suka. Ridwan mengaku meminta makan pada orang-orang yang disinggahinya. Dengan modal sebuah surat jalan dari lurah tempat tingalnya, Ridwan mendapat simpati dari masyarakat. Sehingga banyak yang mendukung kegiatannya dengan memberi makanan atau uang. Dengan hasil pemberian uang dari masyarakat akhirnya Ridwan dapat membeli Handphone tipe 3315 seharga 400 ribu, untuk komunikasi dengan keluarganya.
Setelah tiga bulan perjalanan sampai di Palu, Sulawesi Tengah. Ridwan sempat mampir di kantor Radar Sulteng menceritakan pengalamannya selama diperjalanan. Lalu melanjutkan perjalanan ke Bolamangondong, disana susah untuk mencari tempat istirahat karena masyarakat tidak ada yang mau menerima karena takut, sampai pukul 4 pagi dan akhirnya menginap di kantor polisi.
Setelah sampai di Gorontalo dan melanjutkan perjalanannya lagi. Sudah 4,5 bulan lamanya lelaki yang bernama Ridwan mengelilingi Sulawesi. Dengan mengandalkan sepeda yang diracik khusus.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Musafir asli Tanah Toraja itu mampir ke markasnya Torang pe Koran, Manado Post di Jalan Babe Palar no. 54 Rike Manado. Penampilannya agak urakan, Kulitnya pun agak hitam , karena berbulan-bulan Ridwan dengan sepeda Kumbangnya, tanpa memperdulikan panas terik matahari yang membakar tubuhnya, terus melakukan perjalanan hingga akhirnya tiba di Manado, kota di ujung Utara Pulau Sulawesi ini.
“Kadang kali juga biar hujan saya tidak berteduh, tetapi terus memedal sepeda saya ini,” ungkap Ridwan kepada wartawan Koran itu. Dan di manado mengalami kendala pertama kalinya yaitu kampas rem habis, setelah diperbaiki lalu melanjutkan perjalanan menuju Ternate dengan menggunakan kapal Ferry. Ridwan, mengerti hukum dan peraturan yang ada, dimana setiap kakinya akan melangkah dari satu daerah ke daerah lain, ia selalu mengurus rekomendasi perjalanan dari daerah setempat.
Setelah melewati enam provinsi akhirnya Ridwan memantapkan tekadnya lagi untuk keliling Indonesia, walaupun sempat ragu di awal perjalanannya. Semua itu atas dukungan dari masyarakat dan pemerintahan di setiap daerah yang di singgahinya.
..:: Masa Kecil Ridwan ::..
Tator, Sulawesi Selatan 30 Juni 1977 terlahir seorang anak laki-laki yang bernama Ridwan dari pasangan Alm. Muhammad Mammah dan Yuliana. Setelah ia umur 1 tahun mereka sekeluarga pindah ke Polewali Mandar, Sulawesi Barat sekarang, dulunya Sulawesi Selatan.
Ridwan anak kedua dari tiga bersaudara, mempunyai kakak yang bernama Suryani dan adik bernama Jufriadi. Mempunyai cita-cita ingin menjadi Pilot. Seperti kebanyakan anak kecil lainnya ia aktif bermain bersama teman-temannya, Masa kecil ia sangat nakal, sampai ia pernah buat koslet aki mobil orang lain sewaktu ia ikut bapaknya kerja di bengkel mobil dan ia sering membolos sekolah. Sampai ia tidak ingin melanjutkan sekolahnya lagi dan hanya sampi kelas IV SD.
Setelah tidak sekolah lagi, ia bantu-bantu orang tua di bengkel mobil, motor dan sepeda. Setelah itu ikut orang lain sebagai nelayan selama empat tahun, dan pada tahun 1993 sebagai kernet angkot dan bis antar kota & provinsi, dan sebagai petani kakao (coklat) yang gagal panen juga pernah di lakononinya.
Ia mempunyai hobby bersepeda semenjak masih bekerja di bengkel, pada tahun 1999 ia bisa membeli sepeda seharga “seratus ribu rupiah” dengan hasil kerja kerasnya dan merakitnya sendiri. Dan bertekad ingin “Keliling Indonesia dengan Sepeda”.
Pada tahun 2004 sebelum Tsunami di Aceh dan setelah Pilpres. Ia mengurus perizinan ke Lurah, Camat, Kapolres untuk “Keliling Indonesia dengan Sepeda”. Meski menuai protes dan tidak di beri izin oleh sang ibu, tekad itu sudah bulat dan ia mengancam ingin gantung diri seandainya tidak di beri izin oleh sang ibu. Dan akhirnya dengan restu dari kedua orang tuanya menghantarkan Ridwan yang berumur 28 tahun ini pergi “Keliling Indonesia dengan Sepeda”.
Ridwan anak kedua dari tiga bersaudara, mempunyai kakak yang bernama Suryani dan adik bernama Jufriadi. Mempunyai cita-cita ingin menjadi Pilot. Seperti kebanyakan anak kecil lainnya ia aktif bermain bersama teman-temannya, Masa kecil ia sangat nakal, sampai ia pernah buat koslet aki mobil orang lain sewaktu ia ikut bapaknya kerja di bengkel mobil dan ia sering membolos sekolah. Sampai ia tidak ingin melanjutkan sekolahnya lagi dan hanya sampi kelas IV SD.
Setelah tidak sekolah lagi, ia bantu-bantu orang tua di bengkel mobil, motor dan sepeda. Setelah itu ikut orang lain sebagai nelayan selama empat tahun, dan pada tahun 1993 sebagai kernet angkot dan bis antar kota & provinsi, dan sebagai petani kakao (coklat) yang gagal panen juga pernah di lakononinya.
Ia mempunyai hobby bersepeda semenjak masih bekerja di bengkel, pada tahun 1999 ia bisa membeli sepeda seharga “seratus ribu rupiah” dengan hasil kerja kerasnya dan merakitnya sendiri. Dan bertekad ingin “Keliling Indonesia dengan Sepeda”.
Pada tahun 2004 sebelum Tsunami di Aceh dan setelah Pilpres. Ia mengurus perizinan ke Lurah, Camat, Kapolres untuk “Keliling Indonesia dengan Sepeda”. Meski menuai protes dan tidak di beri izin oleh sang ibu, tekad itu sudah bulat dan ia mengancam ingin gantung diri seandainya tidak di beri izin oleh sang ibu. Dan akhirnya dengan restu dari kedua orang tuanya menghantarkan Ridwan yang berumur 28 tahun ini pergi “Keliling Indonesia dengan Sepeda”.
Langganan:
Postingan (Atom)